PuisiDoa Karya: Taufik Ismail Tuhan kami Telah nista kami dalam dosa bersama Bertahun membangun kultus ini Dalam pikiran yang ganda Dan menutupi hati nurani Ampunilah kami Ampunilah Amin Tuhan kami Telah terlalu mudah kami Menggunakan asmaMu Bertahun di negeri ini Semoga Kau rela menerima kembali Kami dalam barisanMu Ampunilah kami Ampunilah Amin.
Diposkan oleh Ruang Sastra 1404 Karangan Bunga Tiga anak kecilDalam langkah malu-maluDatang ke salembaSore dari kami bertigaPita hitam pada karangan bungaSebab kami ikut berdukaBagi kakak yang ditembak matiSiang tadiKarya Taufiq Ismail, Tirani, 1966 Puisi karangan bunga karya Taufiq ismail membicarakan peristiwa demonstrasi mahasiswa pada tahun 1966 menentang orde lama.* Bayi Lahir Bulan Mei '98 *Kalian Cetak Kami Jadi Bangsa Pengemis, Lalu kalian Paksa Kami Masuk Masa Penjajahan Baru, Kata si Toni *Ketika Sebagai Kakek di Tahun 2040, Kau Menjawab Pertanyaan Cucu-mu *Malu Aku Jadi Orang Indonesia *Ketika Burung Merpati Sore Melayang *Syair Empat Kartu di Tangan *Yang Selalu Terapung di Atas Gelombang *Kembalikan Indonesia Pada-ku *Bagaimana Kalau *Kita Adalah Pemilik Sah Republik Ini *Doa *Presiden Boleh Pergi, Presiden Boleh Datang BAYILAHIR BULAN MEI 1998 Dengarkan itu ada bayi mengea di rumah tetangga Suaranya keras, menangis berhiba-hiba Begitu lahir ditating tangan bidannya Belum kering darah dan air ketubannya Langsung dia memikul hutang di bahunya Rupiah sepuluh juta Kalau dia jadi petani di desa Dia akan mensubsidi harga beras orang kota Kalau dia jadi orang kota Dia akan mensubsidi bisnis pengusaha kaya Kalau dia bayar pajak Pajak itu mungkin jadi peluru runcing Ke pangkal aortanya dibidikkan mendesing Cobalah nasihati bayi ini dengan penataran juga Mulutmu belum selesai bicara Kau pasti dikencinginya. 1998 KALIAN CETAK KAMI JADI BANGSA PENGEMIS, LALU KALIAN PAKSA KAMI MASUK MASA PENJAJAHAN BARU, Kata Si Toni Kami generasi yang sangat kurang rasa percaya diri Gara-gara pewarisan nilai, sangat dipaksa-tekankan Kalian bersengaja menjerumuskan kami-kami Sejak lahir sampai dewasa ini Jadi sangat tepergantung pada budaya Meminjam uang ke mancanegara Sudah satu keturunan jangka waktunya Hutang selalu dibayar dengan hutang baru pula Lubang itu digali lubang itu juga ditimbuni Lubang itu, alamak, kok makin besar jadi Kalian paksa-tekankan budaya berhutang ini Sehingga apa bedanya dengan mengemis lagi Karena rendah diri pada bangsa-bangsa dunia Kita gadaikan sikap bersahaja kita Karena malu dianggap bangsa miskin tak berharta Kita pinjam uang mereka membeli benda mereka Harta kita mahal tak terkira, harga diri kita Digantung di etalase kantor Pegadaian Dunia Menekur terbungkuk kita berikan kepala kita bersama Kepada Amerika, Jepang, Eropa dan Australia Mereka negara multi-kolonialis dengan elegansi ekonomi Dan ramai-ramailah mereka pesta kenduri Sambil kepala kita dimakan begini Kita diajarinya pula tata negara dan ilmu budi pekerti Dalam upacara masuk masa penjajahan lagi Penjajahnya banyak gerakannya penuh harmoni Mereka mengerkah kepala kita bersama-sama Menggigit dan mengunyah teratur berirama Sedih, sedih, tak terasa jadi bangsa merdeka lagi Dicengkeram kuku negara multi-kolonialis ini Bagai ikan kekurangan air dan zat asam Beratus juta kita menggelepar menggelinjang Kita terperangkap terjaring di jala raksasa hutang
Itumenghiasi karpet jutaan doa. Setiap rumah tempat Anda tinggal. Aku hilang dan mencari. Mereka bercerita tentang masjid. Ketika tiba waktunya untuk mengumandangkan adzan, bergabunglah. kamu pergi ke fajar. Anda tidak bisa sampai ke barisan depan. Jadi jika Anda tidak ingin membuang waktu. berdoa di mana saja. Di lantai masjid ini, yang
DOAOleh : Taufik Ismail Tuhan kami Telah nista kami dalam dosa bersama Bertahun-tahun membangun kultus ini Dalam pikiran yang ganda Dan menutupi hati nurani Ampunilah kami Ampunilah Amin Tuhan kami Telah terlalu mudah kami Menggunakan AsmaMu Bertahun di negeri ini Semoga Kau rela menerima kembali Kami dalam barisanMu Ampunilah kami Ampunilah Amin
Kumpulan puisi-puisi Taufik Ismail tahun 1953-1960 1. Doa dalam Lagu 2. Dadang, Pemetik Kecapi Tua 3. Rimba Jati (Alas Roban) 4. Kemarau di Desa Bangkirai 5. Pelancing Kemalaman 6. Membajak Kembali 7. Riwayat 8. Hanggar 17 9. Lagu Roban 10. Mimpi 11. Nostalgia Pelayaran Atlantika 12. Kelopak Musim Semi 13. Pulang 14.
Assalamualaikum W. W. Pembacaan puisi dengan judul "Membaca Tanda-Tanda" karya Taufik Ismail pada acara Campus Visit. Backsound: Because for everything ther
cKSK4R. vkhk7qr1ii.pages.dev/53vkhk7qr1ii.pages.dev/1vkhk7qr1ii.pages.dev/312vkhk7qr1ii.pages.dev/308vkhk7qr1ii.pages.dev/328vkhk7qr1ii.pages.dev/207vkhk7qr1ii.pages.dev/241vkhk7qr1ii.pages.dev/218vkhk7qr1ii.pages.dev/77
puisi karya taufik ismail doa